Rabu, 09 Januari 2013

Anak Rimba

"Mau kemana kau?"
tanya bang togar tetangga ku ini.  aku ketika itu terlihat memang aneh dengan lingkungan rumah, memakai ransel besar, baju PDL hitam, sepatu Treck khas seorang TNI.
"mirip kali TNI kau ini"   sanjung nya lagi, dengan bahasa medan yang kental.
"aih, bang Togar bisa saja, aku mau ke gunung bang, doakan aku ya"  balas ku, dengan sedikit meniru logat batak nya.
bang Togar ini dulunya pun seorang pendaki, suatu ketika ia pernah bercerita pada ku bahwa ia pernah bercita-cita menjadi TNI namun karena gigi geraham nya ada yang bolong ia gagal.
ia menjadi sedikit gila ketika itu. menjadi seorang yang demam mendaki gunung dengan perlengkapan seadanya dan hanya bermodalkan nekat. ketika di tanya untuk apa mendaki gunung ia hanya menjawab singkat "aku ingin membuktikan bahwa aku kuat".    kegagalan nya menjadi TNI membuatnya ingin membuktikan kepada semua orang bahwa Indonesia rugi karena tidak menjadikan nya seorang prajurit makanya ia ingin membuktikan kekuatan itu dengan mendaki gunung. aikh, ada-ada saja bang togar ini. 

katanya ia pernah menaklukan hampir 20 gunung di berbagai provinsi Indonesia, namun ia kini pensiun, karena pernah mengalami kecelakaan fatal ketika mendaki, kaki nya patah saat ia tersesat di gunung salak yang terjal. ia kehilangan kesadaran, sudah gila menjadi tambah gila ketika itu. terang nya.
kini ia sadar bahwa gunung bukan lah untuk di taklukan, karena sehebat apa pun manusia tetap tak akan bisa mengalah kan ketidak pastian, alam itu sulit di tebak, dan alam tak pernah pasti tentang situasi dan kondisi nya, tambah nya lagi.
aku tertegun ketika mendengar cerita itu, ketika ia mengisahkan hidup nya itu aku masih di bangku SD, kini aku pun tak menyangka bila menjadi seorang yang demam mendaki gunung, tapi atas pelajaran itu aku ikut meng-ilhami-nya dan dasar ku naik gunung pun bukan untuk menaklukan nya, tapi tentang Hati dan Hati yang tidak seorang pun tahu apa istilah itu.
menurutku tentang diskusi antara alam dan aku lah yang tahu misteri semua nya.

"jangan lama-lama kau lay, 3 hari saja"  teriak nya ketika aku ingin berngkat.
"iya bang, aku 4 hari ko, kapan-kapan kita naik bareng ya bg" jawab ku sekena nya.

tapi bang togar hanya diam mematung dengan sebait senyum nya. kemudian berkata ringan dan datar.
"nanti alam akan menunjukan jawaban ku lay, silahkan ungkap misteri itu, hingga kau menemukan pula jawaban atas pertanyaan yang kadang belum kau tanya pada diri mu, Tuhan suka dengan teka-teki lay"aku mengernyitkan kening,  "apa pula yang dikatakan orang itu"  gumam batin ku.
"dasar bang togar, aku kira kau sudah sembuh"   teriak ku dari kejauhan.
"ceritakan saja apa yang kau dapat lay"  balas nya kembali, sambil menimpali senyum lagi.
aikh, aku ga paham apa maksud nya.

"Ranu kumbolo aku datang...."

Minggu, 30 Desember 2012

Sedikit Profil

Seperti yang  kadang,  membingungkan. saya pun sulit mengawalinya. Yaa..  Ini lah hidup. Segala bentuk ke khilafan, kebodohan dan kadang kebaikan   ke semua nya itu sering kita lakukan.
entah apa yang ingin saya tulis. setelah melihat sedikit isi buku itu “5 cm”  telah mengingatkan saya pada kalian sahabat.
tentang sebuah mimpi, persahabatan, perjuangan, petualangan  dan lain nya,yang  kesemuanya itu jelas nyata seperti  memerankan segala macam dan bentuk kehidupan kita,  yang sebelumnya ingin saya tulis pula dengan tinta pena  saya.
kita adalah orang yang mengutamakan prestasi dalam memenuhi kebutuhan, kita mengejar prestasi yang akhirnya bermuara pada pengakuan dari orang di sekitar”
orang tersebut mirip seperti Rianda (wanita yang memilih pergi ke dataran tanah jawa tengah), sahabat perempuan yang hanya satu diantara kita.
dia adalah seorang atlit panjat dinding yang semakin hari menunjukan kualitas kebaikan hidup nya.
kita tidak senang jika memiliki kekuasaan atas segala sesuatu”   “dan paling tidak suka dengan politik”
orang seperni ini mirip seperti Haqi (walau saya tahu sebetul nya haqi adalah seorang yang ideal untuk terjun ke politik karena ia memang memiliki latar belakang keluarga politik dan kemampuan verbal dan non verbal nya sanggup menjalani politik tapi bagi ia politik is NOT), One ( yang sudah jelas menyatakan diri tidak suka atas kuasa dan ranah politik. one yang sekarang mirip seperti seorang hacker otodidak setelah memiliki laptop, kemajuan penggunaannya di dunia teknologi melaju pesat bak pendaki di musim liburan), Ipul (seorang santri yang saat ini terdampar di ujung jawa timur yang segala kehidupan nya kini sulit saya gambarkan. beruntunglah ia bisa menjadi seorang santri), dan ari (leader yang tahu medan perang, anti politik, dan idealisme tinggi, mirip dan cocok seperti serdadu perang yang kuat dan gigih. siap menangkis serangan lawan dari mana pun datang nya), serta saya sendiri.
namun dalam konteks ini jelas saya membedakan diri.
 Jika ketika GIE pernah berkata Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah”   mungkin itu sebuah alasan jika di tanya mengapa saya ingin terjun ke dunia politik. walau sedikit pun saya tak paham ranah politik tapi saya punya mimpi yang menggantung mengambang di atas kening saya.persahabatan ini unik, pernah saya berfikir Sejiwa dan Seirama dengan kalian tapi pernah pula saya merasa sangat bertolak belakang dengan kalian.kita adalah para pengejar bintang, tentang  6 sahabat muda pengejar mimpi, dan tentang aku, kau, dan musikalisasi jiwa kita yang akan terus mengalir seperti sumber air di puncak pangrango. tempat pendakian awal kita dulu 'masih ingat kah?' ."saya ingin mencatat perjalan hidup ini, kemudian saya jadikan buku untuk memotivasi khalayak. yaa.. memang ini salah satu mimpi saya. tolong bantu beri ide ya"akhh...  saya menulis sudah tak tentu arah, sebaik nya saya akhiri dahulu, nanti di lain kesempatan saya lanjut.  tapi percayalah ini yang sedang terlintas di pikiran saya. selamat tahun baru sahabat. tunggu aku kembali di tengah rimba. maaf untuk saat ini belum bisa bergabung lagi.

Senin, 12 November 2012

Diskusi



"apa yang bisa kau lakukan ketika kondisi ekonomi tidak

menentu?
Apa yang dapat kau lakukan ketika semuanya tidak
berjalan sesuai rencana?
bayangkan, mimpi sudah didepan mata, raib begitu saja...."
  teriak ku di suatu malam buta.

debat kusir diantara kami terus berlanjut.

"Cobalah menjangkau lubuk hati mu yang paling dalam zas.

Setiap orang mempunyai bakat, keunggulan, dan keahlian terpendam.
jangan menunggu ditemukan.
engkaulah yang harus mencari dan menemukannya."
  kembali, balas batin ku yang coba menenangkan keadaan.

tidak seperti biasa malam ini.
perang batin dengan diri sendiri adalah perang terhebat yang pernah ku rasakan.
ketakutan dan teror tentang masan depan yang tak pasti terus bertabuh di hati.
rasanya aneh.

lampu pijar yang menggantung diatas loteng, sesekali berkedip. antara menertawakan dan terusik dengan debat ini.

seiring malam bertabur bintang itu pergi, debat kusir diantara kami tak kunjung usai, sementara pagi nanti aku harus siap dengan rutinitas membosankan. 'bekerja dan bekerja lagi'.
tiba- tiba
sahabat hayal ku datang dan membisikan
:

"Anzas, sahabat ku yang berbakat, Bakat mu terlalu sayang untuk disia-siakan, karena artinya kamu hanya akan
menyia-nyiakan anugrah Tuhan.
Tuhan telah mendesain dan menciptakan manusia dengan keistimewaannya masing-masing.
Kembangkan bakatmu...
kejarlah mimpimu..."

debat di malam itu akhirnya usai dengan sebait senyum semangat baru, diantar debat 3 orang sahabat, aku pun akhirnya lunak dengan keadaan untuk tidak menyerah.
tubuh ku seperti baru saja di sengat jutaan lebah, tapi anehnya lebah itu justru membuatku kuat dan semangat. entahlah...
mungkin ini aneh, berdebat dengan diri sendiri adalah hal lucu bagi sebagian orang tapi tidak untuk ku. selama tidak ada orang yang menganggap ku gila


"saya layak mendapatkan hidup yang penuh kegembiraan,

keceriaan dan pembelajaran yang terus menerus."

"Aku ingin hidup lebih berarti"


(dalam kutipan debat kusir di malam buta, oleh 3 orang sahabat, yaitu aku, sahabat khayal ku , dan aku.)

Selasa, 06 November 2012

Soe Hok Gie



Gie

Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit —seorang novelis— dengan Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.

Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Menurut seseorang peneliti, sejak masih Sekolah Dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karya-karya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin karena Ayahnya juga seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra.

Selama di SMA minat Soe Hok Gie pada sastra makin mendalam, dan sekaligus dia mulai tertarik pada ilmu sejarah. Selain itu, kesadaran berpolitiknya mulai bangkit. Dari sinilah, awal pencatatan perjalanannya yang menarik itu; tulisan yang tajam dan penuh kritik.

Ada hal baik yang diukurnya selama menempuh pendidikan di SMA, Soe Hok Gie dan sang kakak berhasil lulus dengan nilai tinggi. Kemuidan kakak beradik ini melanjutkan ke Universitas Indonesia. Soe Hok Gie memilih ke fakultas sastra jurusan sejarah , sedangkan Hok Djin masuk ke fakultas psikologi.

Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.

Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti .

Kronologi Perjalanan :

15 Desember 1969, Soe Hok Gie bersama kawan-kawannya Herman Lantang, Abdul Rahman, Idhan Lubis, Aristides Katoppo, Rudy Badil, Freddy Lasut, Anton Wiyana berangkat menuju Puncak Semeru melalui kawasan Tengger. Soe Hok Gie ingin bisa merayakan ulang tahunnya yang ke 27 di atap tertinggi Pulau Jawa tersebut. Tanggal 16 Desember, di tengah angin kencang di ketinggian 3.676 meter (dari atas permukaan laut), Hok Gie, Idhan, Rahman terserang gas beracun. Hok Gie dan Idhan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan nyawa mereka tidak sempat tertolong.
Bagi Soe Hok Gie, gunung adalah tempat untuk menguji kepribadian dan keteguhan hati seseorang. Ia juga mengatakan: “Hanya di puncak gunung aku merasa bersih.” Tapi lebih dari itu, kecintaannya pada alam adalah bagian penting dari kejiwaan cinta-Tanah Airnya.
"saat saat sebelum kematian soe hok gie": 8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango



Minggu, 04 November 2012

PP. Ummul Quro Al-Islami




Sejarah Singkat PP. Ummul Quro Al-Islami



SEJARAH SINGKAT PESANTREN Nama Ummul-Quro diambil dari julukan kota Mekkah di Saudi Arabia. Maksud pendiri mengambil nama ini adalah untuk tabarrukan (mengambil keberkahan) dari kota suci Mekkah yang selalu dibanjiri oleh kaum Muslimin dari segala penjuru dunia.
Yang dimaksud dengan tabarrukan (mengambil keberkahan) oleh pendiri pesantren disini adalah agar pesantren ini juga selalu dibanjiri oleh kaum muslimin yang datang dari berbagai penjuru daerah di seluruh tanah air, bahkan tidak menutup kemungkinan juga datang dari luar Indonesia untuk menuntut ilmu di pesantren ini. Kata “Al-Islami” setelah Ummul-Quro digunakan untuk memberikan ciri khas dan penegasan sebagai lembaga pendidikan Islam.
Pesantren Modern Ummul-Quro Al-Islami memulai tonggak sejarahnya pada tanggal 21 Juli 1993 atau bertepatan dengan 1 Muharram 1413 H dengan ditandai oleh peletakan batu pertama pondasi masjid pesantren yang dilakukan oleh Ro’is NU cabang Bogor KH. Muhtar Royani (pimpinan Pesantren Riyadul Aliyah Cisempur, Caringin Bogor), dan yang dihadiri juga oleh para pegawai MUSPIKA (Bapak Camat, DANRANMIL, Kapolsek) serta sebagian ulama sekitar dan beberapa ulama Jawa Timur.
Secara resmi pesantren ini mulai beroperasi pada tanggal 10 Juli 1994, dengan pimpinan pesantrennya adalah KH. Helmy Abdul Mubin, Lc. (penggagas sekaligus pendiri). Beliau adalah seorang ulama yang berasal dari kepulauan Madura Jawa Timur. Alumni Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur dan beliau meraih gelar sarjananya dari University of Medina, Saudi Arabia.